Wednesday, February 2, 2011

Pelajaran Kehidupan Penghujung Tahun dari Lamawolo

" Tuun pai gelu wekin, Wulan haka peka badan".- demikianlah sebuah kalimat sederhana yang tertulis indah pada kain latar di Balai Dusun Dulo Lali Duli di desa Lamawolo - kecamatan Ileape Timur - Kabupaten Lembata - Provinsi NTT ketika digelar acara perayaan pelepasan tahun 2010 dan penyambutan tahun 2011 diakhir Desember yang lalu.-

Sebuah kata kata sederhana yang dapat diartikan sebagai Tahun sudah berganti, Bulan telah bertukar.- Oleh Bapak Kepala Desa Lamawolo ( Bp. Kamilus Ola ) yang biasa dipanggil Bp. Taso, diuraikan bahwa segenap warga Lamawolo harus mampu meninggalkan manusia lama yang penuh kemunafikan, rasa iri hati, pencemburu, dendam, dan lain lain yang negatif dan harus bangkit dan tumbuh menjadi manusia Lamawolo yang baru yang saling kerjasama, saling percaya, saling mengasihi, memiliki kemauan yang kuat untuk membangun dalam berbagai segi kehidupan agar kelak mampu sebagai pelaku utama dalam membangun desa lamawolo khususnya dan bangsa Indonesia umumnya.

Namun disadari bahwa warga Lamawolo memiliki keterbatasan dalam berbagai hal namun pemerintah desa, tokoh masyarakat dan tetua adat telah berusaha mengubah wajah Lamawolo menjadi lebih cantik melalui kegiatan pembangunan sarana prasarana berupa jalan jalan kampung, pembuatan bak air, dan kegiatan kegiatan lain yang positif, demikian kepala desa Lamawolo dalam sambutannya.

Tokoh masyarakat yang diwakili oleh Bp Leo Loku dalam sambutannya menekankan bahwa, perlu keterlibatan berbagai pihak terutama anak tana Lamawolo untuk membangun Lamawolo terutama pembangunan manusia Lamawolo.-

Malam terus bergulir, bunyi suara hentakan kaki secara serempak oleh orang orang yang berada pada barisan melingkar ( sambil bergandengan tangan ) terus membahana diiringi suara nyanyian yang menyerupai teriakan mengikuti irama hentakan kaki para penari. Itulah sebuah tarian tradisi yang terus dipelihara yang lebih dikenal dfengan nama "OHA".-
Irama kaki terdengar menyatu menghasilkan bunyi indah disertai bunyi gelang gelang kaki yang disebut RETUNG.
Sebuah irama yang mengobarkan semangat juang.

Sungguh sebuah tarian tradisi yang menggambarkan kebersamaan dan persaudaraan yang kokoh antar orang orang yang berada di dalam komunitas tersebut.-
Bahwa secara bersama sama kita dapat mengerjakan setiap perkara perkara yang besar.

Sebagai penyemangat, behi tuak terus dilakukan oleh petugas Behi Tuak.
Mabuk??? aku selalu bertanya dalam hati. Jawabannya, Tidak!!! semua masih mampu mengendalikan diri sehingga tidak ada peristiwa yang menodai kegiatan malam itu.-

Hentakan kaki yang menghasilkan satu irama sebagai gambaran satu hati dalam menyelesaikan suatu pekerjaan agar diperoleh hasil yang baik dan menggembirakan seperti kegembiraan yang terpampang di wajah para penarinya.

Akhir acara, ketua panitia ( Bp. Yoakim Ola Making ) mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan baik walau masih jauh dari sempurna.
Semoga kegiatan ini memberi kesan positif bagi semua warga Lamawolo untuk terus berkarya membangun desa lamawolo tercinta.

Oha sampai pagi, tetapi pagi itu juga warga Lamawolo tidak lupa dengan tugas tugasnya seperti mengiris tuak, memberi makan ternak peliharaannya, menyiangi kebun jagung, dan lainnya. Tidak ada yang mengeluh, tidak ada yang menggerutu, semua dilakukan sepenuh hati dengan sejuta persen ketulusan.

Sebuah pelajaran penting yang aku dapat dari wajah wajah tulus saudaraku di desa kecil Lamawolo Witilewun.-

Sesuatu yang dikerjakan secara iklas menghasilkan kebahagiaan di hati.-
Trimakasih saudaraku,-

by Ifan Making